SELF TALK

SELF TALK
Oleh Dhimaz Sapto Poedjanarto di BRAINWAVE INDONESIA (Berkas) · Sunting Dokumen
“Mengenal Diri sendiri adalah awal dari semua kebajikan.”Aristotle.



SELF TALK
Salah satu cara untuk lebih mengenal diri sendiri  adalah dengan meyadari dialog diri. Mengutip Franklin P. Jones, penulis  kutipan motivasi Amerika Serikat, “Satu keuntungan dari berbicara pada  diri sendiri adalah Anda tahu setidaknya diri Anda sendiri yang  mendengarkan.”
Fritz Simon, seorang psikiater Jerman pernah mengatakan bahwa manusia  adalah satu-satunya makhluk hidup yang tidak bisa berhenti berbicara  untuk diri mereka sendiri. Namun, bukan berarti, berbicara sendirian  menandakan orang itu gila.

Sebuah penelitian berbasis di Amerika Serikat pun mengungkap bahwa  berbicara dengan diri sendiri ternyata memiliki manfaat tersembunyi, apa  manfaatnya?
Seorang peneliti dan psikolog kognitif di University of  Wisconsin-Madison, Gary Lupyan, pun menyatakan bahwa berbicara dengan  diri sendiri bermanfaat bagi otak.

Sebuah studi baru awal tahun 2012, dipublikasikan oleh Quarterly  Journal of Experimental Psychology, psikolog Gary Lupyan dari University  of Wisconsin-Madison dan Daniel Swingley dari University of  Pennsylvania melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui apakah  berbicara dengan diri sendiri dapat membantu ketika seseorang ingin  mencari sebuah objek.
Penelitian ini terinspirasi oleh pengamatan bahwa orang sering  terdengar bergumam kepada diri mereka sendiri ketika mencoba untuk  menemukan sesuatu.

Dalam percobaan pertama, peserta diperlihatkan 20 foto dari berbagai  objek dan diminta untuk mencari satu di antaranya. Dalam beberapa  percobaan, peserta melihat label teks berisikan perintah menemukan  sebuah objek atau benda. Dalam uji coba lain, subyek yang sama diminta  untuk mencari lagi dengan memperbolehkan mereka mengatakan kata pada  diri mereka sendiri.
Penelitian ini menemukan bahwa seseorang yang berbicara pada diri  mereka sendiri akan lebih cepat menemukan apa yang hendak mereka cari.

Para peneliti menemukan bahwa peserta yang mengulang nama benda  dengan lantang, mampu menemukan lebih cepat daripada yang tidak  mengulang nama benda yang dicari. Tak jarang, saat kehilangan sebuah  benda, seseorang cenderung mengingat kembali saat sebelum barang  tersebut hilang, dengan berbicara kepada diri sendiri. Ternyata itu  cukup membantu.
Dalam sebuah percobaan tindak lanjut, peserta melakukan tugas belanja  virtual di mana mereka melihat foto-foto barang yang biasa ditemukan di  berbagai supermarket dan diminta untuk menemukan sebuah barang secepat  mungkin.

Peserta akan diminta untuk menemukan buah apel, atau sebuah botol  kecap. Di sini juga, peserta berbicara pada diri mereka sendiri tentang  nama objek yang dicari. Misalnya, mengatakan kecap saat mereka mencari  kecap akan sangat membantu, sedangkan mengatakan kecap saat mencari  deodoran akan benar-benar memperlambat pencarian. “Bila Anda kehilangan  kunci Anda, Anda mungkin ingin bergumam ‘kunci kunci kunci’ kepada diri  sendiri sambil mencari kunci dan Anda akan mendapatkannya,” kata Gary  Lupyan.

“Secara umum, mengungkapkan suatu kata dalam sebuah bahasa bukan  hanya suatu sistem komunikasi, tapi bahkan berdebat dengan diri sendiri  bisa meningkatkan persepsi, membuat otak aktif berfikir,” ujar Lupyan seperti dikutip laman Times of India, Sabtu, 5 Mei 2012.

Hasil penelitian Lupyan ternyata telah diterapkan di dunia bisnis,  olahraga, kinerja, dan keberhasilan psikologi, kedokteran, hiburan dan  untuk penelitian otak. Seperti dalam kasus seni bela diri, jelas Dr  Dayal Mirchandani, seorang psikiater.

“Ketika seniman bela diri melakukan tendangan dan pukulan, sering  disertai dengan teriakan keras. Itu semacam bicara dengan diri sendiri,  bermanfaat membantu menjaga fokus dan meningkatkan energi“.

Seorang petinju asal India juga merasakan manfaat berbicara pada diri  sendiri saat dirinya menghadapi pertandingan, dan ternyata bisa  memotivasi diri.

“Saya sering bicara pada diriku sendiri di ruang ganti sebelum  pertandingan untuk menenangkan syaraf. Saya biasanya melakukan terus  mengatakan pada diriku sendiri bahwa ‘Saya yang terbaik ‘. Hal ini bukan  suatu kegilaan jika Anda berbicara pada diri sendiri,” kata seorang petinju asal India bernama Vijender Singh.

Refleksi emosi
Sebenarnya selama otak masih aktif bekerja,  kita selalu berbicara dengan diri sendiri, umumnya dalam batin, tidak  disuarakan. Ketika kita menimbang pilihan, menenangkan diri waktu  terkejut atau marah, atau berdoa, kita berbicara dengan diri sendiri.

Sesekali kita berbicara bersuara, ketika menghayati kondisi emosi  intens, misalnya saat tiba-tiba menemukan solusi yang ditunggu-tunggu,  saat marah. Saat teringat seseorang yang sangat dirindukan, mungkin kita  ingin merealisasikan harapan akan kebersamaan dengan membayangkan ia  ada dan mengajaknya berbicara. Saat intens berpikir kita kadang bicara  bersuara, dan mungkin jadi lebih jelas mengenai alternatif  penyelesaiannya.

Berbicara dengan suara keras ke diri sendiri jarang dilakukan.  Mungkin lebih sering terjadi ketika kita tertekan, tegang, kacau,  singkatnya berpikiran penuh, seperti ada pergolakan di batin yang  menuntut untuk dikeluarkan. Bayangkan panci berisi air mendidih yang  tutupnya bergerak-gerak kencang, bahkan mungkin dapat terlempar karena  tekanan kuat dari bawah. Jelas di sini, bicara menjadi cara penyaluran  emosi.

Jadi, berbicara kepada diri sendiri bisa merupakan hal sangat normal,  dapat pula merefleksikan persoalan psikologis yang memerlukan perhatian  serius. Kita sendiri yang dapat menetapkan, apakah yang terjadi pada  kita merupakan hal wajar saja, atau sudah berlebihan sehingga  mengindikasikan kekacauan batin yang memerlukan bantuan ahli untuk  mengatasi?

Ketika dalam keadaan sangat tertekan dan tegang, percakapan batin  mungkin keluar dalam bentuk bicara sendiri, yang bila berlebihan akan  membuat takut diri sendiri dan orang lain. Bila itu halnya, kita perlu  menenangkan diri, merenung (mungkin dengan bantuan orang lain juga)  untuk lebih mengerti sumber ketegangan dan kekacauan pikiran kita.  Menenangkan diri dapat dilakukan, misalnya, dengan cara olah napas,  meditasi, dan mengembangkan visualisasi yang menenangkan batin.

Positif
Aktivitas itu akan menjadi gangguan psikologi bila  manusia bicara sendiri sebagai respons terhadap halusinasi atau delusi.  Halusinasi adalah gangguan persepsi dalam bentuk (merasa) melihat atau  mendengar tanpa ada rangsang nyata, misalnya kita mendengar suara-suara  berisik, orang menertawakan orang lain, atau melihat figur tertentu yang  orang lain tidak mendengar atau melihatnya.

Delusi secara sederhana dapat diartikan sebagai adanya keyakinan kuat  tentang suatu hal akibat penilaian realitas yang salah. Misalnya kita  yakin sedang dikejar-kejar dan akan dibunuh, atau sebaliknya, ada  seorang aktor sangat hebat (yang sebenarnya tidak mengenal kita) yang  jatuh cinta kepada kita. Bila demikian halnya, kita harus meminta  bantuan psikolog klinis dan psikiater untuk memfasilitasi penenangan  batin dan pengobatan.

Bila kita menilai diri atau dunia secara negatif, kita akan bicara  dalam bahasa atau kalimat negatif (”aku selalu gagal”, ”aku tidak  dicintai” atau ”dunia ini buruk”, ”tidak ada yang diharapkan lagi”,  ”yang jahat harus dibasmi”). Sementara itu, penilaian diri positif akan  mengembangkan percakapan diri yang juga positif.

Karena sebenarnya manusia selalu bicara dengan dan kepada diri  sendiri, kita perlu mengolah fenomena ini secara konstruktif demi  kesejahteraan psikologis kita. Penanganan psikologi cukup sering  menganjurkan kita mengembangkan self-talk yang positif untuk mengubah  pikiran negatif, memotivasi diri, mengembangkan gambaran diri atau dunia  yang lebih baik, mendorong gerak konstruktif melakukan sesuatu.  Self-talk positif menjadi bentuk afirmasi, kalimat berulang yang kita  sampaikan kepada diri sendiri untuk menguatkan diri.

Kita mengubah dari negatif menjadi positif, misalnya dari ”aku selalu  gagal” menjadi ”aku sedang menyelesaikan tugasku secara bertahap”; dari  ”aku tidak dicintai” menjadi ”aku menyayangi diriku sendiri dan sedang  membuat diriku menjadi lebih baik”; dari ”dunia ini buruk” menjadi  ”memang banyak sekali masalah sekarang ini tapi aku masih bisa melakukan  hal-hal positif di lingkungan terdekatku sendiri”.

Ada hubungan saling memengaruhi antara pikiran, perasaan dan  perilaku, dan kita dapat memulai dari mana saja untuk mengembangkan  kondisi diri yang lebih positif. Bicara secara positif kepada diri  sendiri menjadi salah satu cara untuk membuat diri menjadi lebih  bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meditasi Ala Joe Silva : The Silva Mind Control Method by Jose Silva

7 Langkah Kesabaran

Syukur Mengubah Hidup Anda